Tidak. Seorang ateis, seperti halnya penganut Kristiani, mempercayai
bahwa ia dapat mengetahui ada atau tidak adanya Tuhan. Penganut
Kristiani mengatakan bahwa ia dapat mengetahui Tuhan itu ada; kaum ateis
menyatakan bahwa kita dapat mengtahui Tuhan itu tidak ada. Orang
agnostik menunda pengambilan keputusan, dengan menyatakan bahwa tidak
cukup bukti untuk menegaskan atau menolak adanya Tuhan. Pada saat
bersamaan, orang agnostik mungkin mengatakan bahwa eksistensi Tuhan
meskipun bukan tidak mungkin, sangat kecil kemungkinan adanya; ia
mungkin menyatakan begitu kecil kemungkinan adanya Tuhan, maka Tuhan
pada kenyataannya tidak cukup bermakna untuk dipakai sebagai bahan
pertimbangan. Dalam hal demikian, Tuhan disingkirkan tak jauh berbeda
seperti dalam ateisme. Sikapnya adalah mirip seperti filsuf yang teliti
terhadap dewa-dewa Yunani Kuno. Apabila saya disuruh membuktikan bahwa
Zeus dan Poseidon dan Hera dan dewa-dewi Olympia lainnya tidak ada, maka
saya pasti kebingungan dalam memberikan argumen yang memadai. Orang
agnostik akan berpendapat bahwa Tuhan orang Kristiani sama kecil
kemungkinan adanya dengan dewa-dewi Olympia; dalam hal demikian, untuk
mudahnya ia sama dengan orang ateis.
Oleh karena Anda menolak “hukum Tuhan”, otoritas apa yang Anda terima sebagai pedoman hidup?
Orang agnostik tidak menerima “otoritas” apapun sebagai mana halnya yang
diterima oleh orang beragama. Dipercayai bahwa orang harus memikirkan
sendiri masalah pedoman hidup. Tentu saja, ia akan mengambil keuntungan
dari pengalaman orang lain, tetapi harus dipilihnya sendiri orang-orang
yang dianggapnya bijak, dan sama sekali tidak akan menganggap bahwa
apapun yang dikatakannya tak boleh dibantah. Teramati bahwa apa yang
ditentukan oleh “Hukum Tuhan” itu selalu berubah setiap saat. Injil
mengatakan bahwa wanita tiak boleh kawin dengan saudara laki-2 dari
suami yang telah meninggal, dan bahwa dalam keadaan tertentu wanita
harus kawin dengannya. Jika anda kebetulan seorang janda tak beranak dan
masih ada ipar yang belum kawin, maka logikanya anda tak boleh
menghindari “hukum Tuhan.”
Bagaimana Anda mengetahui baik dan buruk?
Apakah yang dianggap Dosa oleh orang agnostik?
Orang agnostik tidak begitu pasti
sebagaimana yang diyakini penganut Kristiani terhadap apa yang disebut
baik dan buruk. Tidak akan diklaim seperti yang diklaim penganut
Kristiani di masa lalu bahwa orang yang tak setuju dengan perintah
mengenai theologi yang absurd harus menerima hukum mati yang
menyakitkan. Hukum mati demikian ditentang, dan lebih hati-hati mengenai
tuduhan moral.
Kata “dosa” dianggap bukan sebagai ide
yang ada gunanya. Tentu saja diakui bahwa sebagian macam tindakan adalah
patut dan sebagian lagi tidak patut, tapi diyakini bahwa hukuman untuk
tindakan yang tidak patut hanya diterapkan jika dimaksudkan untuk
menghindari atau memperbaiki, bukan karena hukuman itu memang dianggap
baik dan dengan pikiran bahwa orang jahat harus menderita. Kepercayaan
inilah yang ada dalam hukuman balas dendam sehingga orang menerima ide
neraka. Ini adalah bagian merugikan yang telah diakibatkan oleh adanya
ide “dosa”.
Apakah orang agnostik melakukan apapun asal dikehendakinya?
Dalam satu hal tidak, dilain hal siapapun
akan melakukan apa yang dikehendakinya. Kalau misalnya Anda begitu
membenci seseorang sampai Anda mau membunuhnya: Kenapa tidak? Anda akan
menjawab: “Sebab agama mengatakan bahwa pembunuhan adalah dosa.” Namun
dalam kenyataan statistik, orang-orang agnostik tidak lebih cenderung
melakukan pembunuhan dari pada orang lain, dan kenyataannya
kecenderungan mereka memang lebih kecil. Mereka mempunyai motif sama
untuk tidak melakukan pembunuhan sebagaimana orang lain. Jauh dalam
lubuk hatinya, motif paling kuat adalah takut dihukum. Namun dalam
keadaan tanpa hukum, seperti demam menambang emas, segala macam orang
akan melakukan kejahatan, meski dalam keadaan normal mereka adalah
orang-orang yang taat pada hukum. Bukan hanya karena adanya hukuman,
tapi juga ada rasa tidak nyaman mengetahui hal menakutkan itu, dan rasa
sepi karena mengetahuinya, untuk menghindari kebencian orang, anda harus
memakai topeng meski dengan teman terdekat anda sekalipun. dan dan ada
lagi yang sering disebut “conscience”: Jika anda pernah berangan-angan
untuk membunuh, anda akan takut pada ingatan yang mengerikan saat-saat
terakhir tubuh korban anda tak bernyawa. Semua ini benar, ya, tergantung
pada kehidupan anda dalam masyarakat yang taat hukum, tetapi banyak
sekali alasan-alasan non agama/sekuler yang dipakai untuk menciptakan
dan dan mengabadikan masyarakat demikian.
Saya katakan ada alasan lain mengapa
siapapun akan melakukan apa yang diinginkannya. Tak seorangpun kecuali
orang tolol yang menuruti segala keinginan, tetapi apa yang menahan
keinginan in check adalah selalu merupakan meinginan yang lain.
Keinginan anti-sosial seseorang dapat di kendalikan oleh keinginan untuk
menyenangkan Tuhan, tapi dapat juga dikendalikan oleh keinginan untuk
menyenangkan teman-temannya, atau mendapatkan respek penghormatan dari
masyarakatnya, atau agar dapat mencitrakan dirinya sendiri tanpa rasa
jijik. Namun jika tak memiliki keinginan-2 tersebut, maka satu-2 nya
aturan abstrak moralitas tak akan dapat meluruskan orang itu.
Bagaimanakah anggapan orang agnostik terhadap Injil?
Orang agnostik menganggap Injil tepat sebagaimana yang dianggap oleh seorang enlightened clerics.
Tidak dianggapnya sebagai inspirasi illahi; akan dianggapnya sebagai
legenda sejarah awal, dan tak lebih akurat dari pada yang tertulis dalam
Homer; dianggapnya ajaran moral yang terkandung di dalamnya kadang
baik, tapi kadang sangat buruk. Misalnya, Samuel memerintahkan Saul
dalam perang untuk tidak saja membunuh tiap laki-laki, wanita, dan
anak-anak lawan, tapi sampai semua biri-biri dan ternak sapinya. Namun
demikian Saul tetap membiarkan biri-biri dan ternak sapi hidup, dan
untuk hal ini kita disuruh mengutuknya. Saya tak pernah mampu menyenangi
Elisha karena mengutuki anak-anak yang mengolok-oloknya, atau
mempercayai (yang dinyatakan Injil) bahwa Dewa yang baik hati akan
mengirimkan beruang jadi-jadian untuk membunuh anak-anak tersebut
Bagaimanakah anggapan orang agnostik terhadap Jesus,
Bagaimanakah anggapan orang agnostik terhadap Jesus,
Kelahiran oleh Sang Perawan, dan Trinitas yang Suci?
Karena orang agnostik tidak percaya
Tuhan, tak dapat dipercayai bahwa Jesus adalah Tuhan. Kebanyakan
orang-orang agnostik menghargai kehidupan dan ajaran Jesus sebagaimana
ditulis dalam Injil, tetapi tidak harus melebihi penghargaan terhadap
orang lain. Ada yang menempatkan Jesus sama dengan sang Buddha, sebagian
dengan Socrates dan dan lainnya dengan Abraham Lincoln. Mereka juga
tidak menganggap apa-apa yang dikatakannya tidak boleh dibantah, oleh
karena orang Agnostik tidak menerima suatu otoritas sebagai hal yang
absolute.
Orang Aganostik Menganggap Kelahiran Sang
Perawan sebagai satu doktrin yang diambil dari mitologi pagan/kafir,
dimana kelahiran demikian bukan hal yang aneh (Zoroaster dikatakan
terlahir dari seorang perawan; Ishtar, the dewi Babylon, yang disebut
sebagai the Holy Virgin/Perawan Suci). Mereka tak dapat memberikan
kepercayaannya kepada hal tersebut, ataupun kepada doktrin Trinitas,
karena keduanya tidak mungkin tanpa adanya kepercayaan pada Tuhan.
Dapatkah orang agnostik menjadi penganut Kristiani?
Kata ” Kristiani” mempunyai berbagai
makna dalam waktu yang berbeda. Selama berabad-abad sejak jama Kristus,
kata itu berarti orang yang percaya apada Tuhan dan keabadian dan serta
bahwa Kristus adalah Tuhan. Tetapi kaum Unitarians menyebut diri mereka
penganut Kristiani meski tidak percaya akan keIlahian Kristus, dan
banyak orang saat ini menggunakan kata “Tuhan” dengan arti yang kurang
pas dibandingkan dengan arti jaman sebelumnya. Banyak orang yang
sekarang mempercayai Tuhan tidak lagi bermakna person/manusia, atau
trinitas dari person, namun hanya berupa kecenderungan kabur atau
kekuatan atau maksud dan tujuan immanent dalam evolusi. Lebih jauh lagi,
orang lain mengartikan “Kristianitas” hanyalah sebuah sistem etika yang
dibayangkan sebagai karakter penganut Kristiani saja, karena mereka
tidak peduli dengan masalah kesejarahan.
Dalam buku yang baru diterbitkan, ketika
saya katakan bahwa apa yang diperlukan dunia adalah “cinta, cinta
Kristiani, atau kepedulian/compassion,” banyak yang menyangka hal ini
menunjukkan adanya perubahan dalam pemikiran saya, meski kenyataannya
mungkin saya katakan hal yang sama kapanpun. Jika yang Anda maksudkan
“Penganut Kristiani” berarti orang yang mencintai tetangganya, yang
sangat bersimpati terhadap penderitaan, dan yang sangat menginginkan
agar dunia bebas dari kebuasan dan kebencian yang jaman sekarang ini
diabaikan, maka jelas Anda mendapat justifikasi untuk menyebut saya
seorang Kristiani. Dan dalam hal ini, saya kira anda akan dapat
menemukan lebih banyak “penganut Kristiani” diantara orang-orang
agnostik dibandingkan dalam kalangan orthodoks. Namun menurut saya, Saya
tak dapat menerima definisi demikian. Selain penolakan lainnya,
namapaknya agak kasar bagi orang Yahudi, Buddhis, Muslim, penganut non
Kristianilainnya , yang sepanjang sejarah ditunjukkan oleh sejarah,
paling tidak cenderung untuk melakukan moralitas diklaim dengan arogan
oleh penganut Kristiani sebagai unik milik agama mereka sediri.
Saya kira juga bahwa siapapun yang
menyebut diri penganut Kristiani di jaman-jaman awal, dan dah sebagian
besar orang yang melakukannya sampai saat ini, akan menganggap bahwa
kepercayaan pada Tuhan dan immortalitas adalah essensial bagi penganut
Kristiani. Dengan dasar ini, saya menyebut saya sendiri sebagai penganut
Kristiani, harus saya katakan bahwa orang agnostik tak dapat menjadi
penganut Kristiani. Namun jika kata “Kristianitas” ternyata digunakan
secara umum dulunya hanya berarti sejenis moralitas, maka jelaslah
mungkin bagi seorang agnostik untuk menjadi penganut Kristen.
Apakah Orang agnostik menolak bahwa manusia punya Jiwa?
Apakah Orang agnostik menolak bahwa manusia punya Jiwa?
Pertanyaan ini tidak mempunyai arti yang tepat kecuali kita diberi
definisi sari kata “jiwa”. Saya kira yang dimaksudkan secara kasar
adalah sesuatu nonmaterial yang berada dalam seluruh hidup seseorang
bahkan, bagi yang mempercayai immoralitas, sepanjang waktu-waktu yang
akan datang. Jika yang begitu maksudnya maka orang agnostik mungkin
tidak akan percaya bahwa manusia mempunyai jiwa. Tetapi akan segera saya
tambahkan bahwa hal ini tidak berarti orang agnostik pasti penganut
materialis. Banyak orang-orang agnostik (termasuk saya sendiri) sangat
ragu pada tubuh sebagaimana ketidaktahuan mengenai jiwanya, namun ini
adalah cerita lama untuk mempertimbangkan metafisik yang sulit ini. Baik
jiwa maupun materi harus saya katakan adalah simbol yang mudah dalam
satu diskursus, sebenarnya bukan sesuatu yang eksis.
Apakah orang agnostik percaya Akhirat, Surga atau Neraka?
Pertanyaan mengenai apakah orang akan
hidup setelah mati adalah pertanyaan mengenai bukti mana yang
memungkinkan. Riset fisika dan spiritualisme dianggap oleh banyak orang
dapat memberikan buktinya. Orang agnostik dengan demikian tidak
mempunyai pandangan mengenai kelangsungan jiwa kecuali dianggapnya ada
bukti yang serba sedikit-pun. Menurut pandangan saya sendiri, saya
anggap tidak ada alasan memadai untuk mempercayai bahwa kita akan hidup
lagi setelah mati, namun saya terbuka untuk percaya jika ada bukti yang
memadai.
Surga atau neraka adalah hal lain lagi.
Percaya pada adanya neraka terikat pada adanya kepercayaan bahwa hukuman
pembalasan artas dosa adalah hal yang baik, sangat terpisah of dari
tujuan pencegahan atau perbaikan yang mungkin dapat diberikan. Orang
agnostik hampir tak percaya akan hal ini. Sehubungan dengan surga,
barangkali ada bukti yang dapat diraba dengan eksistensinya melalui
spiritualisme, namun kebanyakan orang-orang agnostik menganggap tidak
ada bukti demikian, dan oleh karenanya tidak mempercayai adanya surga.
Apakah anda tak pernah takut pada pembalasan Tuhan karena menolak-Nya?
Tentu tidak. Saya juga menolak Zeus dan Jupiter dan Odin dan Brahma,
namun hal ini tidak menyebabkan kebingungan/keraguan bagi saya. Saya
perhatikan bahwa sebagian besar dari umat manusia tidak percaya tuhan
Tuhan dan tidak menderita hukuman yang nyata karenanya. dan jika memang
ada Tuhan, saya kira Tuhan itu tidak akan merasa tak nyaman karena
ditolak eksistensinya.
Bagaimana Orang Agnostik menerangkan keindahan dan harmoni Alam?
Saya tak tahu dimana bertemunya “keindahan” dan “harmoni”. Dalam
kelompok kerajaan binatang, binatang-binatang itu saling memakan.
Kebanyakan dari mereka terbunuh dengan kejam oleh binatang lain atau
mati pelan-pelan karena kelaparan. Menurut saya sendiri, saya tak bisa
melihat keindahan luar biasa atau harmoni dalam diri Cacing Pita.
Janganlah dikatakan bahwa binatang ini dikirim sebagai hukuman atas
dosa-dosa kita, sebab binatang itu lebih banyak terdapat pada binatang
dibandingkan manusia. Saya kira si penanya sedang memikirkan keindahan
langit yang penuh bintang. Akan tetapi harus diingat bahwa bintang
kadang meledak dan menghancurkan tetangga sekitarnya menjadi asap yang
gelap. Keindahan, dalam segala hal adalah subyektif dan hanya ada di
mata orang yang memandangnya saja.
Bagaimana Orang Agnostik menjelaskan mukjizat dan wahyu lain dari Tuhan YME?
Bagaimana Orang Agnostik menjelaskan mukjizat dan wahyu lain dari Tuhan YME?
Orang-orang agnostik beranggapan tidak
ada bukti “mukizat” dengan arti kejadian-kejadian yang bertentangan
dengan Hukum Alam. Kita tahu bahwa penyembuhan dengan iman dapat terjadi
dan sama sekali bukan mukjizat. Di Lourdes, penyakit tertentu dapat
disembuhkan dan lainnya tidak dapat disembuhkan. Yang dapat tersembuhkan
dapat saja disembuhkan oleh dokter manapun terhadap pasien yang
beriman. Menurut catatan mukjizat lain, seperti Joshua yang
memerintahkan Matahari agar diam, orang agnostik menolaknya dan
menganggap hanya legenda dan menunjukkan bahwa semua agama penuh dengan
legenda yang begitu. Sama banyaknya mukjizat yang ada pada dewa-dewa
Yunani dalam cerita Homer seperti halnya Tuhan Kristiani dalam Injil.
Banyak nafsu rendah dan jahat yang ditentang agama. Jika Anda meninggalkan prinsip-prinsip keagamaan, dapatkan umat manusia terus eksis?
Banyak nafsu rendah dan jahat yang ditentang agama. Jika Anda meninggalkan prinsip-prinsip keagamaan, dapatkan umat manusia terus eksis?
Adanya nafsu rendah dan jahat tak dapat
ditolak, tapi tak saya temui bukti dalam sejarah bahwa agama agama-agama
telah menentang nafsu-nafsu tersebut. Sebaliknya, malah disucikan, dan
memungkinkan orang untuk mentolerirnya tanpa rasa sesal. Hukuman kejam
lebih umum terjadi dalam Kristiani dibandingkan tempat lainnya. Apa yang
nampak dapat membenarkan hukum mati adalah kepercayaan dogmatis.
Keramahan dan toleransi hanya terjadi sejalan dengan berkurangnya
kepercayaan dogmatis. Dalam jaman kita sekarang, agama baru yang
dogmatis, yakni komunisme telah muncul. Untuk itu, sebagai mana terhadap
sistem dogma lainnya, orang agnostik ditentangnya. Ciri hukum-menghukum
komunisme jaman ini persis seperti Ciri hukum-menghukum Kristianitas di
abad dahulu. Dengan berlangsungnya waktu, Kristianitas kurang cenderung
menghukum, ini adalah hasil kerja para penganut berfikir bebas yang
menjadikan penganut dogmatis berkurang ke-dogmatisannya. Jika mereka
tetap dogmatis seperti jaman dulu, mereka akan tetap menganggap benar
membakar orang yang tak percaya. Semangat toleransi yang dianggap oleh
penganut Kristiani modern sebagaimana Kristiani, pada kenyataannya
merupakan produk moderasi yang memperkenankan ketidakjelasan dan
mencurigai kepastian absolut. Saya kira siapapun yang meneliti sejarah
tanpa memihak akan menuju kesimpulan bahwa agama-agama telah
mengakibatkan penderitaan dari pada yang telah diselamatkannya.
Apakah arti hidup bagi Orang Agnostik?
Apakah arti hidup bagi Orang Agnostik?
Saya cenderung menjawabnya dengan
pertanyaan lain: Apa maksudnya “arti hidup” ? Saya kira itu adalah apa
yang dimaksudkan sebagai tujuan umum. Saya tidak menganggap bahwa hidup
itu ada tujuannya. Cuma asal terjadi saja. Tetapi tiap individu memiliki
tujuan hidup tertentu, dan tak ada alasan dalam agnostisisme untuk
meninggalkan tujuan-tujuan hidup ini. Tentu mereka tidak pasti yakin
akan dapat mencapai hasil yang diusahakannya; namun anda akan menganggap
gila jika seorang tentara menolak tugas bertempur sampai ia yakin pasti
menang. Orang yang memerlukan agama untuk menekankan tujuan hidupnya
sendiri adalah orang yang ketakutan, dan saya tidak dapat menanggapnya
pula sebagai orang yang mencari jalan aman, meski mengakui juga bahwa
kekalahan bukan merupakan hal yang tak mungkin.
Apakah penolakan terhadap agama berarti penolakan terhadap perkawinan dan kesetiaan?
Apakah penolakan terhadap agama berarti penolakan terhadap perkawinan dan kesetiaan?
Lagi, hal ini akan dijawab dengan
pertanyaan: Apakah orang yang mempertanyakan ini percaya bahwa
perkawianan dan kesetiaan dapat meningkatkan kebahagiaan di dunia, atau
apakah ia mengaanggap bahwa perkawinan dan kesetiaan itu, meski
menyebabkan kseusahan di dunia, dipakai sebagai alat mencapai surga?
Orang yang mengambil pandangan terakhir jelas tak dapat mengharapkan
agnostisisme akan menyebabkan menurunnya moralitas, namun harus kita
akui bahwa moralitas adalah sebab utama adanya kebahagiaan umat manusia
dalam kehidupannya di dunia. Jika sebaliknya ia mengambil pandangan
pertama yaitu bahwa ada argumen yang membumi untuk perkawinan dan
kesetiaan, harus juga diyakininya bahwa argumen-argumen ini mesti
meyakinkan juga bagi orang agnostik. Orang agnostik dengan demikian
tidak mempunyai pandangan berbeda mengenai moralitas seksual. Akan
tetapi kebanyakan akan mengakui bahwa, ada argumen yang shahih untuk
menentang toleransi terhadap nafsu seksual tanpa kendali. Namun
demikian, akan mendasarkan argumen ini pada sumber-sumber membumi yang
jelas dan bukan berdasarkan digaan perintah keilahian.
Apakah keimanan karena logika saja merupakan kepercayaan yang berbahaya?
Apakah keimanan karena logika saja merupakan kepercayaan yang berbahaya?
Bukankan logika tidak sempurna dan tidak
memadai tanpa hukum spiritual dan moral? Tak seorangpun yang mau memakai
otak meski ia agnostik, “hanya mengimani logika saja”. Logika berkaitan
dengan kenyataan, sebagian teramati, sebagian lagi disimpulkan.
Pertanyaan apakah ada kehidupan masa depan dan pertanyaan apakah ada
Tuhan berkaitan dengan kenyataan, dan orang agnostik percaya bahwa
pertanyaan-pertanyaan itu harus diselidiki mirip dengan pertanyaan,
“Apakah akan ada gerhana rembulan besok?” Namun kenyataan saja tidak
cukup untuk menentukan tindakan, karena tidak diberitahukan apa tujuan
yang harus kita capai. Dalam wilayah tujuan-tujuan, kita memerlukan hal
lain selain logika. Orang agnostik menemukan tujuan dalam hatinya
sendiri dan bukan dalam perintah dari luar. Coba kita ambil contoh:
Misalkan Anda ingin bepergian dengan kereta api dari New York ke
Chicago; Anda akan menggunakan logika untuk mengetahui kapan kereta api
berangkat, dan orang yang mengira bahwa ia punya kemampuan mengetahui
atau intuisi yang menyuruhnya agar menyesuaikan dengan jadwal akan
dianggap agak bodoh. Namun tak ada jadwal yang akan memberitahu bahwa
pergi ke Chicago adalah bijaksana. Jelas dalam menentukan apakah hal itu
bijaksana, ia mesti memperhitungkan fakta-fakta lain; namun dibalik
segala fakta, ada tujuan yang dianggapnya cocok untuk diusahakan, dan
bagi orang agnostik sebagaimana orang-orang lain, hal-hal ini termasuk
dalam wilayah yang bukan wilayah logika, meski tidak harus bertentangan
sama sekali dengan logika. Wilayah yang saya maksudkan adalah emosi dan
perasaan dan keinginan.
Apakah anda menganggap semua agama sebagai bentuk takhayul atau dogma? Agama-agama mana yang Anda hormati, dan mengapa?
Apakah anda menganggap semua agama sebagai bentuk takhayul atau dogma? Agama-agama mana yang Anda hormati, dan mengapa?
Semua agama besar dan terorganisir yang
mendominasi umat manusia sedikit banyak mengandung dogma, tetapi “agama”
adalah kata yang maknanya tidak pasti. Sebagai contoh Confucianism
dapat disebut agama, meski tidak mengandung dogma. Dan dalam beberapa
bentuk kepercayaan Kristen, elemen dogma diperkecil sampai minim.
Dari agama-agama besar sepanjang sejarah,
Saya lebih cenderung Buddhisme, terutama dalam bentunya yang paling
awal, sebab agama itu yang melibatkan hukuman paling minim.
Komunisme, seperti agnostisisme bertentangan dengan agama. Apakah orang-orang agnostik itu komunis?
Komunisme, seperti agnostisisme bertentangan dengan agama. Apakah orang-orang agnostik itu komunis?
Komunisme tidak menentang agama. Hanya
menentang agama Kristiani saja, sebagaimana yang ditentang oleh agama
Islam (Mohammedanism sic.). Komunisme, paling tidak dalam bentuk yang
diciptakan oleh pemerintah Soviet dan Partai Komunis, adalah suatu
sistem dogma baru yang maut dan banyak melibatkan penghukuman. Oleh
karena itu, tiap orang agnostik asli mesti menentangnya.
Apakah orang-orang agnostik menganggap sains dan agama tak mungkin bersahabat?
Apakah orang-orang agnostik menganggap sains dan agama tak mungkin bersahabat?
Jawabannya kembali pada apa yang dimaksud
dengan “agama”. Jika hanya berarti sistem etika, agama dapat akrab
dengan sains. Jika hanya berarti sistem dogma, yang dianggap sebagai
mutlak benar, maka hal itu tidak cocok dengan semangat ilmiah/sains yang
menolak diterimanya kenyataan tanpa bukti, dan juga menganggap bahwa
kepastian mutlak jarang sekali tercapai.
Bukti apa yang dapat meyakinkan Anda bahwa Tuhan itu ada?
Bukti apa yang dapat meyakinkan Anda bahwa Tuhan itu ada?
Saya kira jika saya dengar suara dari
langit yang memprediksi segala sesuatu yang akan terjadi pada diri saya
dalam waktu 24 jam mendatang, termasuk kejadian-kejadian yang sangat
tidak mungkin, dan dan jika hal-hal itu terjadi betul, barangkali saya
dapat diyakinkan paling tidak terhadap adanya intelegensia superhuman.
Dapat saya bayangkan bukti-bukti lain sejenis yang mungkin dapat
meyakinkan saya, namun sampai kini setahu saya tak ada bukti demikian.
Oleh Bertrand Russell, 1953
Diterjemahkan oleh Setya A. Sis
Diterjemahkan oleh Setya A. Sis
No comments:
Post a Comment